[SINOPSIS]
Di sebuah pulau bakau di Kota Sibolga pada jaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan kera yang dipimpin oleh seekor raja besar berbulu lebat bernama Rajo Herek. Ia adalah pemimpin yang cerdas, pekerja keras, tetapi juga sombong dan angkuh. Tidak ada yang berani menentangnya, kecuali seekor ikan lumpur kecil bernama Si Boga.
Si Boga adalah ikan cerdas yang mampu bertahan di daratan untuk waktu tertentu. Ia sering beradu kecerdikan dengan Rajo Herek, karena meskipun berbeda habitat—Rajo Herek di darat dan Si Boga di air—keduanya tinggal di daerah yang sama. Perseteruan mereka sudah lama terdengar, karena masing-masing ingin menunjukkan siapa yang lebih hebat.

Suatu hari, saat Si Boga sedang mencari makan di perairan dekat daratan, Rajo Herek yang tengah bersantai di pohon bakau menegurnya dengan kasar. Ia mengklaim bahwa wilayah itu miliknya dan mengusir Si Boga. Namun, Si Boga tidak tinggal diam. Ia membalas dengan tegas bahwa perairan itu adalah milik bangsa ikan. Perdebatan pun semakin memanas, hingga akhirnya Si Boga menantang Rajo Herek untuk bertanding—siapa yang mampu bertahan lebih lama di habitat lawannya.
Mendengar tantangan itu, Rajo Herek sempat ragu. Ia tahu bahwa kera tidak bisa bertahan di air, tetapi gengsinya terlalu tinggi untuk menolak. Mengira bahwa Si Boga tidak akan mampu bertahan di darat, ia pun menerima tantangan itu. Mereka sepakat untuk bertanding saat terang bulan tiba.
Berita tentang pertandingan ini menyebar di antara kawanan kera dan ikan. Kedua belah pihak mulai menyusun strategi. Rajo Herek yakin bahwa Si Boga akan menyerah lebih dulu, sedangkan Si Boga telah menyiapkan rencana cerdik bersama sahabatnya, Kapiting Bako.
Hari pertandingan pun tiba. Sesuai kesepakatan, Si Boga harus terlebih dahulu membuktikan kehebatannya. Tanpa ragu, ia melompat ke daratan dan dengan lincah bergerak di antara bebatuan. Kawanan kera terkejut melihatnya bertahan lama tanpa kesulitan. Rencana mereka untuk menunggu Si Boga kelelahan pun gagal.

Kini giliran Rajo Herek. Namun, saat hendak melompat ke air, ia mulai merasa takut. Dengan berbagai alasan, ia mencoba menunda. Ketakutannya semakin menjadi ketika ia terpeleset dan berpegangan pada pohon kelapa yang condong ke laut. Dari bawah, Si Boga mengejeknya, menantang untuk membuktikan keberaniannya.
Mengetahui bahwa Rajo Herek tidak akan berani menceburkan diri, Si Boga memberi isyarat kepada sahabatnya Kapiting Bako, seekor kepiting bakau. Dengan cepat, Kapiting Bako melompat dan menjepit ekor Rajo Herek dengan capitnya hingga putus. Rajo Herek menjerit kesakitan dan menanggung malu di hadapan seluruh kawanan kera.
Sejak saat itu, Rajo Herek menyadari bahwa kesombongan dan keangkuhan tidak akan membuatnya lebih baik. Konon, kejadian ini menjadi alasan mengapa keturunan kera tidak lagi memiliki ekor panjang—sebagai hukuman alam atas kesombongan mereka.
---
Penyunting: Alma Tegar
Ilustrator: Frederick Sabam
Naskah cerita ini telah melalui proses Lokakarya Kesepakatan Para Tokoh Masyarakat dan Budayawan Sibolga-Tapteng pada 2023
Baca lebih lengkap dalam Buku Antologi Cerita Rakyat Pasisi Sibolga - Tapanuli Tengah
Comments