top of page
  • Writer's pictureFKK Sibolga-Tapteng

PERTUMBUHAN -11,41%: TREN NEGATIF PARIWISATA SIBOLGA YANG PERLU DIWASPADAI

Updated: Dec 7, 2022

06 Desember 2022


Memang tidak banyak forum-forum diskusi yang membahas bagaimana kondisi pariwisata Sibolga Tapteng saat ini. Topik dan wacana publik yang berkembang adalah ‘pengembangan pariwisata’ yang sering disampaikan oleh Pemerintah Kota, termasuk juga beberapa instansi seperti Bank Indonesia KPw Sibolga dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sibolga. Namun, sangat sedikit yang mengulas seperti apa tren perkembangan pariwisata di kota dan kabupaten ini. Tulisan kali ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi pariwisata Sibolga Tapteng dengan menggunakan data resmi yang ada.

Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah pada dasarnya merupakan satu kesatuan kawasan destinasi sebagaimana yang ditercantum dalam PP 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Indonesia (RIPPARNAS) 2010-2025. Uniknya, kawasan ini dinyatakan untuk berada di dalam dua Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yaitu Medan-Toba Dsk dan Nias-Simeulue Dsk. Namun, posisi strategis ini masih berupa ‘potensi’ yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, sama halnya seperti berbagai daya tarik wisata (DTW) yang beragam mulai dari budaya, alam, dan buatan yang belum terkelola dengan baik.

Unduh peta potensi Daya Tarik Wisata Sibolga Tapteng dengan resolusi tinggi disini.


Untuk mengetahui kondisi destinasi ini, kali ini FKK Sibolga Tapteng menggunakan data yang dipublikasikan melalui BPS Kota SIbolga sebagai representasi perkembangan pariwisata. Tren pertumbuhan ditunjukkan dalam data seri 10 tahun, mulai dari tahun 2012 hingga 2021. Angka yang didapatkan dalam publikasi ini adalah statistik akomodasi baik itu Hotel Bintang maupun Non-Bintang, tingkat hunian rata-rata, lama tinggal rata-rata per tahun, dan beberapa data lainnya.


Perlu disadari bahwa statistik pariwisata Kota Sibolga dan Kab. Tapteng ini tidak memberikan data yang jelas untuk wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus), dimana kedua jenis data ini adalah hal dasar yang perlu dicatat dan dipublikasikan. Evaluasi ini perlu ditindak-lanjuti ke depannya, yaitu informasi statistik pariwisata harus lengkap dan dapat dipertanggung-jawabkan sebagai dasar pengambilan kebijakan (regulasi, program, dan rencana).


Untuk mengetahui jumlah wisatawan, perlu dilakukan kalkulasi sederhana dari angka jumlah kamar akomodasi, tingkat hunian rata-rata, dan lama tinggal rata-rata, serta asumsi bahwa rata-rata per kamar diisi oleh 1,3 orang. Hasilnya akan didapatkan angka total wisatawan (walaupun tidak bisa dipisahkan antara wisman dan wisnus). Kemudian tren pertumbuhan wisatawan dapat dilihat baik itu secara angka maupun grafik.

Pada tahun 2012, angka wisatawan sebesar 45.943 orang dan kemudian pertumbuhan wisatawan menunjukkan tren positif hingga pada tahun 2015, yaitu sebesar 9,58% dan jumlah wisatawan 60.456 orang. Ini adalah tahun puncak perkembangan pariwisata Sibolga. Dari angka puncak tersebut, selanjutnya menunjukkan tren negatif yang sangat signifikan yaitu sebesar -11,41% pada tahun 2019, masa sebelum Pandemi Covid-19 terjadi, yaitu sebesar 37.235 orang. Angka ini sudah seharusnya patut diwaspadai dan perlu dilakukan upaya ‘penyelamatan’ sebelum sektor pariwisata benar-benar terpuruk. Bahkan angka pada tahun 2019 masih lebih kecil dari pada pencapaian tahun 2012, yaitu dengan tren -2,96%.


Pada tahun 2020 hingga 2021, terjadi Pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi sektor pariwisata di dunia. Sibolga sendiri mengalami penurunan hingga -4,55% per tahunnya dalam 10 tahun terakhir. Artinya tren negatif yang terjadi hingga tahun 2019, diperparah oleh pandemi. Ketika terjadi pemulihan yang diperkirakan terjadi pada 2025, Sibolga hanya kembali pada angka 2019 sebagai skenario optimis.

Dari sudut pandang ekonomi makro, data yang sama menunjukkan rata-rata kontribusi sektor pariwisata (akomodasi dan makan-minum) pada PDRB Kota Sibolga dari tahun 2014 hingga 2019 (sebelum pandemi), hanya sebesar 5% saja. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan sektor perdagangan dan sektor perikanan, yang masing-masing sekitar 24% dan 21%. Harus dipahami untuk melihat kondisi ekonomi makro, Kota Sibolga dan Kab. Tapanuli Tengah memiliki karakter yang berbeda, dimana ekonomi sebuah kabupaten masih didominasi oleh sektor primer, seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan.


Data jumlah kamar hotel di Kota Sibolga (lihat grafik di atas) menunjukkan secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir, total jumlah kamar yang relatif stabil. Mengalami penurunan pada tahun 2018 hingga 536 unit kamar, kemudian di tahun - tahun berikutnya, bahkan masa pandemi, terjadi penambahan kamar hingga 693 unit kamar pada tahun 2021. Jumlah ini lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Namun dari sisi tingkat hunian, justru terus menurun setelah puncaknya 28,51% pada tahun 2015, 17,68% pada tahun 2019, dan hanya 11,48% pada tahun 2021. Artinya terjadi kondisi over supply kamar yang mengakibatkan industri perhotelan sulit menjalankan bisnis yang sehat, dimana tingkat hunian rata-rata yang ideal berada di rentang 40-45%. Hal ini perlu menjadi perhatian terhadap upaya pengendalian investasi, promosi, pengembangan produk wisata, dan standarisasi layanan.


Jika merujuk pada diagram Life Cycle (Butler, 1990), destinasi Sibolga Tapteng berada pada fase decline atau penurunan. Fase dimana proses konsolidasi tidak dilakukan dan tidak mampu bangkit kembali (rejuvenation). Namun, tidak ada kata terlambat untuk bergerak dan membenahi apa yang telah terjadi selama ini. Komitmen dan kerjasama seluruh pihak terkait dalam skema Pentahelix harus dilakukan, tanpa kembali lagi pada ‘rutinitas’ yang justru selama ini mengakibatkan kemunduran sektor pariwisata. Termasuk kolaborasi antara Kota Sibolga dan Kab. Tapanuli Tengah, yang secara sosial, budaya, dan ekonomi memiliki kaitan yang kuat.


Seperti apa upaya strategis yang dapat dilakukan untuk merespon kondisi ini? Dan apa peran dan posisi seluruh pihak dalam skema Pentahelix? Selanjutnya, ikuti gagasan kami dari FKK Sibolga Tapteng terkait hal ini.


(ATR)




41 views0 comments
bottom of page