GABEMA AUDIENSI DENGAN MENTERI KEBUDAYAAN: ASPIRASI MASYARAKAT TAPTENG-SIBOLGA DISAMBUT DUKUNGAN MUSEUM BARUS RAYA
- FKK Sibolga-Tapteng
- Sep 21
- 3 min read
21 September 2025
Belum lama berlalu, sebuah pertemuan penting terjadi dimana sejumlah tokoh masyarakat, akademisi, dan pegiat budaya bersama dengan Keluarga Besar Masyarakat (GABEMA) Tapanuli Tengah-Sibolga bertemu dengan Menteri Kebudayaan, Dr. H. Fadli Zon, SS, M.Sc, di Gedung Kementerian Kebudayaan (19/09/2025). Audiensi ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyuarakan berbagai aspirasi mengenai sejarah, budaya, identitas lokal yang dinilai penting, serta beberapa gagasan penting terkait pemajuan budaya Pasisi Sibolga-Tapteng.

Selain GABEMA, berdasarkan kelembagaannya, delegasi ini dihadiri oleh Yapemas, Yayasan Matauli, Yayasan Museum Barus Raya, FKK Sibolga Tapteng, STAIB, dan Sultanate Institute. Sejak awal dipahami bahwa pelestarian sejarah dan budaya, serta pemajuannya, membutuhkan kolaborasi dan memang terhimpun tanpa usaha karena tujuan besar bersama untuk mewujudkan hal tersebut. Sebagaimana bahwa informasi pertemuan ini dikabarkan pada malam sebelum hari audiensi, namun kehadiran disambut antusias bahkan beberapa delegasi datang dari luar kota.
Mewakili seluruh peserta, Ikhwan Situmeang, menyampaikan latar belakang kebutuhan pelestarian sejarah dan budaya Pasisi Sibolga-Tapteng, termasuk menekankan pada penguatan sejarah Islam di Nusantara. Delegasi menyoroti temuan arkeologis di Barus dan Situs Bongal yang membuktikan bahwa pantai barat Sumatra sudah menjadi pintu masuk Islam dan perdagangan dunia sejak abad ke-7. Terbukti dari berbagai artefak penting berupa koin Arab, keramik Tiongkok, fragmen kapal, hingga berbagai bukti interaksi dagang dan keilmuan dengan dunia Islam lebih dari seribu tahun lalu. Karena itu, mereka meminta agar temuan-temuan ini mendapat perhatian serius dan dijadikan bagian penting dalam penulisan sejarah nasional.

Peta Perjalanan Islam di Nusantara (Sumber: Sultanate Institute)
Berhubungan dengan keterangan tersebut, aspirasi disampaikan untuk permohonan dukungan terhadap perjuangan panjang mewujudkan Museum Barus Raya yang pembangunannya telah dimulai. Menurut delegasi, museum ini akan menjadi simbol pengakuan atas jejak sejarah peradaban di Barus, melengkapi Museum Fanshur yang ada di Bongal, Jago-Jago. Tidak sekadar ruang pamer koleksi, tetapi juga pusat riset, edukasi, serta menjadi Destinasi Wisata Religi yang mampu melengkapi skema besar Destinasi Pariwisata Nasional di Sumatera Utara.

Aspirasi berikutnya menyinggung tentang pelestarian budaya Pasisi, etnis yang menjadi bagian penting identitas Sibolga–Tapteng. Diusulkan agar Rumah Pasisi yang tersisa dijadikan cagar budaya, seperti Rumah Rajo Sorkam Kanan. Berikutnya dilakukan pula pembangunan Rumah Adat Pasisi di Anjungan Sumatera Utara, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), serta pembangunan Rumah Budaya dengan arsitektur tradisional Pasisi di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Upaya ini diharapkan menjadi pusat pelestarian seni, adat, dan budaya Pasisi bagi generasi muda.
Tak kalah penting, aspirasi mengenai bahasa Pasisi turut mengemuka. Delegasi menilai eksistensi bahasa ini mulai terancam akibat kebijakan Muatan Lokal sekolah yang lebih mengutamakan bahasa daerah lain. Mereka meminta agar pemerintah memastikan bahasa Pasisi tetap diakui dan diajarkan sebagai muatan lokal di daerah, sesuai dengan identitas masyarakat setempat.
Melengkapi program pelestarian bahasa tersebut, beberapa objek pemajuan kebudayaan lain seperti adat-istiadat, ritus, seni, permainan tradisional, dan lainnya, perlu didorong melalui berbagai program agar eksistensi etnis Pasisi serta budaya yang menyertainya dapat dipertahankan.

Selama penyampaian substansi audiensi, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyimak seluruh aspirasi dengan penuh perhatian, bahkan terhadap penjelasan detail terkait sejarah yang terjadi. Beliau tertarik dan menegaskan bahwa peran Barus dalam sejarah Indonesia memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Melalui konfirmasi beberapa staf ahli yang turut hadir, dalam jangka pendek, Kemenbud dapat mendukung terkait penguatan kajian sejarah dan pemeliharaan artefak, termasuk memberikan peluang besar untuk percepatan pembangunan dan pengelolaan Museum Barus Raya.
Menurutnya, museum tersebut akan menjadi pusat informasi bagi pengunjung khususnya generasi muda dan wisatawan untuk mengenal lebih dalam warisan sejarah Barus. Dan untuk menindak lanjuti hal tersebut dan berbagai hal lainnya, Menteri Fadli Zon mengarahkan untuk terus melakukan koordinasi dengan staf ahli atau tim terkait, serta mengarahkan untuk juga melakukan komunikasi dengan Kementerian lain, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintah Daerah.
Kondisi terkini Museum Barus Raya dan Rumah Penyimpanan Artefak
Audiensi yang berlangsung penuh keakraban ini ditutup dengan penyerahan cenderamata dari delegasi GABEMA dan delegasi lain kepada Menteri Fadli Zon. Momen itu dilanjutkan dengan sesi -foto bersama, menandai semangat kolaborasi antara masyarakat Tapanuli Tengah-Sibolga dengan pemerintah pusat. Audiensi ini bukan sekadar menyampaikan aspirasi, tetapi juga langkah strategis memastikan tanah Tapanuli ini, khususnya Barus, memperoleh tempat yang layak dalam peta kebudayaan Indonesia.
(ATR)



















Comments