JEJAK SEJARAH DAN LAUTAN BIRU: MENATA KOTA WISATA SIBOLGA DENGAN URBAN REGENERATION
- FKK Sibolga-Tapteng
- Aug 25
- 4 min read
25 Agustus 2025
Kota Sibolga, yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera, menyimpan jejak sejarah panjang sekaligus kekayaan alam dan budaya yang khas. Sebagai kota pelabuhan, Sibolga sejak masa lalu telah menjadi simpul perdagangan penting, tempat pertemuan budaya yang berbilang kaum, dan pintu gerbang menuju pulau-pulau kecil di sekitarnya. Identitas kota ini melekat pada laut dan pelabuhannya, yang tidak hanya menjadi urat nadi ekonomi tetapi juga ruang sosial dan budaya masyarakat.

Sebagai “kota pelabuhan tua”, Kawasan Pelabuhan Lama menjadi saksi sejarah interaksi dagang dengan bangsa asing, termasuk jejak arsitektur kolonial yang masih berdiri hingga kini. Bangunan-bangunan tua, kawasan pergudangan, dan kawasan perdagangan membentuk lanskap sejarah perkotaan yang khas. Di sisi lain, perkembangan modern juga menghadirkan kawasan Pelabuhan Baru Sambas, pusat industri perikanan, serta koridor perdagangan kontemporer di Jalan R. Suprapto yang menjadi simbol transformasi ekonomi kota.
Selain sejarah, Sibolga juga menyuguhkan daya tarik wisata alam. Pantai Ujung Sibolga, Bukit Pancuran Gerobak, dan pulau-pulau kecil seperti Poncan Ketek dan Poncan Gadang menghadirkan panorama laut biru, pasir putih, serta kegiatan wisata bahari. Sementara itu, daya tarik budaya dapat dijumpai pada keberadaan bangunan peribadatan, permukiman nelayan, festival budaya, hingga kuliner khas laut yang menjadi identitas rasa kota ini. Kombinasi antara sejarah, alam, dan budaya membuat Sibolga memiliki spektrum wisata yang berlapis mulai dari rekreasi bahari, wisata sejarah, hingga wisata budaya masyarakat pasisi (pesisir).
Dengan profil tersebut, Sibolga memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai destinasi pariwisata perkotaan melalui pembenahan ruang-ruang kota yang mengintegrasikan aspek sejarah, budaya, dan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Urban Regeneration sebagai Strategi Pengembangan
Potensi besar ini tidak serta merta menjadikan Sibolga sebagai destinasi unggulan. Tantangan muncul dari degradasi fisik kawasan tua, lemahnya manajemen wisata, dan penurunan citra kota akibat kurangnya penataan. Karena itu, strategi pengembangan pariwisata Sibolga perlu ditempuh dengan pendekatan urban regeneration, yang telah sukses dilakukan di beberapa kota tua di Indonesia, seperti Kota Tua Jakarta dan Kota Lama Semarang.

Hasil Revitalisasi - Urban Regeneration Kota Lama Semarang
Secara prinsip, urban regeneration tidak hanya fokus pada revitalisasi fisik, tetapi juga pada pembaharuan fungsi ruang, pemberdayaan masyarakat, serta penciptaan identitas kota yang baru. Dalam konteks Sibolga, regenerasi kota diarahkan melalui penguatan ruang dan koridor pariwisata yang menghubungkan Pelabuhan Lama, Pelabuhan Baru, dan pusat kota. Tiga titik utama ini menjadi simpul pengembangan wisata perkotaan yang saling terintegrasi.

Pelabuhan Lama sebagai Ruang Heritage dan Rekreasi
Kawasan Pelabuhan Lama yang sarat sejarah dapat direvitalisasi sebagai ruang publik dengan fungsi rekreasi, seni-budaya, dan pelabuhan wisata. Bangunan gudang tua bisa dialihfungsikan menjadi museum maritim, galeri seni, atau pusat kuliner pesisir. Dengan memadukan elemen heritage dan aktivitas modern, kawasan ini dapat tampil sebagai destinasi ikonik yang merepresentasikan identitas historis Sibolga. Sementara itu, Pelabuhan Lama itu sendiri, selain ruang publik dan fasilitas layanan pariwisata, juga dapat dikembangkan sebagai marina (pelabuhan kapal wisata).

Pelabuhan Sambas sebagai Gerbang Laut Destinasi
Sebagai gerbang laut utama, Pelabuhan Sambas dapat diperkuat perannya dengan tambahan fungsi pelayanan pariwisata dan wisata budaya perikanan. Bukit Herek dapat difungsikan sebagai ruang rekreatif dengan pemandangan laut, koridor Jalan Horas dan sekitarnya dilengkapi dengan terminal antar moda serta berbagai layanan pariwisata, dan dermaga nelayan dan tangkahan (tempat bongkar dan pelelangan ikan tradisional) dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata edukasi perikanan. Dengan begitu, modernitas industri dapat bersanding harmonis dengan pariwisata.

Pusat Kota sebagai Landmark dan Ruang Publik
Eks-Stadion Horas misalnya, dapat ditransformasikan menjadi ruang terbuka kota, taman rekreasi dan olahraga, dan fasilitas MICE. Ruang publik ini sekaligus menjadi landmark kota yang memperkuat identitas visual dan memberi ruang pertemuan bagi warga maupun wisatawan.
Untuk menghubungkan simpul-simpul utama tersebut, diperlukan penguatan koridor pariwisata. Wajah jalan-jalan utama seperti Ahmad Yani dan Suprapto dapat ditata ulang menjadi koridor pedestrian yang ramah wisatawan, dilengkapi fasilitas seni jalanan, sentra kuliner, dan tata cahaya malam yang menarik. Koridor inilah yang menghubungkan pelabuhan dengan pusat kota, sekaligus menciptakan pengalaman wisata perkotaan yang menyeluruh.

Posisi Strategis Sibolga-Tapteng dalam Skema 2 DPN di Sumatera Utara
Regenerasi kota melalui pariwisata tidak akan berhasil tanpa manajemen yang kuat. Karena itu, pembentukan Destination Management Organization (DMO) di Sibolga menjadi kunci. DMO berfungsi sebagai wadah koordinasi pemerintah, industri, akademisi, komunitas, dan masyarakat, sehingga setiap program wisata dapat berjalan sinergis. Selain itu, strategi pengembangan destinasi dapat dikembangkan dengan lingkup yang lebih luas, yaitu skema besar destinasi Sibolga - Tapanuli Tengah, serta dipromosikan melalui upaya branding (jenama) baru yang satu kesatuan, otentik, ramah, dan berkelanjutan.
Gagasan untuk Pembangunan Jangka Pendek dan Menengah
Sibolga memiliki modal sejarah maritim, kekayaan budaya pesisir, serta pesona alam bahari yang luar biasa. Namun, agar potensi ini mampu bersaing dengan destinasi lain, diperlukan strategi pembenahan kota melalui urban regeneration. Dalam jangka pendek, implementasi pembenahan kota ini dapat dimulai dengan merevitalisasi bangunan-bangunan dan ruang publik di Pelabuhan Lama sebagai kawasan wisata tematik heritage dan rekreasi. Revitalisasi ini melalui restorasi bangunan dengan arsitektur kolonial dan perubahan fungsi yang terkait aktivitas pariwisata, seperti restoran, jasa hiburan, galeri seni, museum, dan lain-lain.
Dalam jangka menengah, dapat dilakukan penataan pusat kota (ex-Stadion Horas) sebagai landmark publik, serta menghubungkan semuanya melalui koridor pariwisata, Sibolga dapat tampil sebagai destinasi urban yang unik dan berkarakter. Untuk jangka panjang, penataaan Pelabuhan Sambas dan koridor Jalan Horas perlu dikaji kembali mengingat saat ini pelabuhan dan koridor menjadi akses distribusi barang. Apakah fungsi yang ada saat ini perlu dipertahankan atau difokuskan sebagai pelabuhan penumpang.
Urban regeneration bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi sebuah transformasi menyeluruh untuk mengemas kembali identitas kota. Melalui strategi ini, Sibolga tidak hanya menjadi tempat persinggahan, melainkan tujuan wisata yang hidup, berkelanjutan, dan membanggakan bagi masyarakatnya.
------
Artikel ini merupakan versi essay dari Dokumen Tesis S2 Perencanaan Kepariwisataan ITB, Alma Tegar R. Nasution, ST., MP.Par (2015)
(ATR)







Comments