top of page

PENEMUAN BUKTI LANGKA TENTANG KEMAJUAN TEKNOLOGI MEDIS ISLAM ABAD KE-8 DI SITUS BONGAL

06 Oktober 2025


Perjalanan Sehari Sibolga ternyata mampu membuka cakrawala baru tentang sejarah panjang Pantai Barat Sumatera. Melalui kunjungan ke Situs Bongal dan Museum Fansuri di Desa Jago-jago, Tapanuli Tengah, penelusuran ini bukan hanya menyajikan pengalaman wisata budaya, tetapi juga menghadirkan bukti-bukti langka tentang jejak peradaban global yang pernah singgah di kawasan ini. Salah satu temuan paling mengejutkan adalah adanya artefak alat medis yang diperkirakan berasal dari abad ke-8, pada masa kejayaan peradaban Islam di bawah Dinasti Abbasiyah.


Sehari Sibolga: Wisata Sejarah


Perjalanan dimulai dengan suasana akrab para pegiat sejarah, Alma Tegar, Ahmad Naufal, dan Agus Fadli, yang berangkat dari Sibolga menuju Desa Jago-jago. Kampung ini, selain dikenal dalam legenda Putri Lopian, juga menyimpan situs berharga yang kini dikelola di Museum Fansuri. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, rombongan tiba di kawasan situs Bongal yang dikelilingi laut dan lanskap pesisir menawan.


Suasana museum sederhana namun penuh kejutan. Pengunjung disambut artefak berusia lebih dari seribu tahun, mulai dari keramik Dinasti Tang asal Tiongkok, kemudi kapal dari Oman, koin uang dari awal masa kekhalifahan Islam, manik-manik Persia dan Romawi, hingga alat tenun kayu yang berusia lebih tua daripada masa berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Semua ini menjadi bukti bahwa kawasan Bongal bukan sekadar perkampungan, melainkan sebuah bandar perdagangan internasional yang berhubungan dengan Arab, India, Tiongkok, dan Eropa.


Artefak Medis Abad ke-8: Bukti Kemajuan Islam Awal


Yang paling menarik perhatian adalah penemuan sejumlah artefak medis. Dalam penjelasan pengelola museum, alat-alat ini jarang ditemukan di situs arkeologi Asia Tenggara, dan kemunculannya di Bongal memberikan indikasi kuat bahwa wilayah ini pernah terhubung langsung dengan pusat-pusat ilmu pengetahuan Islam awal.


Pada abad ke-8, dunia Islam sedang berada dalam era keemasan di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Baghdad menjadi pusat keilmuan, melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Al-Farabi. Penemuan alat medis di Bongal, yang diduga berasal dari periode ini, mengisyaratkan bahwa inovasi ilmu kedokteran tidak hanya berkembang di pusat kekhalifahan, tetapi juga menyebar melalui jaringan perdagangan maritim ke wilayah Nusantara. Fakta ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara jalur perdagangan rempah dengan transfer teknologi dan pengetahuan.


ree

Peralatan medis peradaban Islam abad ke-8 ditemukan di Situs Bongal


Keberadaan artefak medis tersebut juga memperkuat dugaan bahwa masyarakat Bongal telah berinteraksi dengan pedagang dan ilmuwan Muslim. Lebih jauh, hal ini berpotensi menggeser pemahaman historiografi mengenai awal masuknya Islam ke Nusantara, yang selama ini lebih banyak dikaitkan dengan kawasan di Selat Malaka. Bongal ternyata menyimpan jejak yang tak kalah penting dalam menyebarkan ajaran Islam sekaligus ilmu pengetahuan modern pada zamannya.


Bongal (Pantai Barat Sumut) sebagai Pusat Perdagangan Maritim Dunia


Selain artefak medis, pengunjung juga diperlihatkan temuan kemudi kapal dari Oman, manik-manik Persia, kaca berornamen dari Kufah, serta cetakan koin bertuliskan kalimat tauhid. Semua ini mengindikasikan bahwa Bongal pernah menjadi simpul perdagangan internasional di Samudra Hindia. Melalui jalur angin muson, para pedagang Arab, India, Mesir, hingga Tiongkok singgah di teluk Bongal sebelum melanjutkan perjalanan ke berbagai pusat niaga lain. Kala itu, Pantai Barat Sumatera Utara ini juga memiliki komoditas penting bagi dunia Islam dan global, yaitu kapur fanshur (barus) dan rempah-rempah. Bahkan, kapur fanshur ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadist sahih.


ree

Fosil kapur fanshur (barus) dan damar dari Situs Bongal


ree

Perbandingan jalur pelayaran abad 5-11 M dan 11-16 M di Nusantara (Sumber: Sultanate Institute)


Temuan ini memperkuat peran strategis Pantai Barat Sumatera Utara sebagai jalur masuk berbagai pengaruh budaya dan agama. Dengan jarak laut sekitar 70 kilometer dari Barus, Bongal kemungkinan besar menjadi bagian dari satu jaringan kerajaan maritim yang luas, dipimpin oleh penguasa lokal yang berhubungan dengan dunia internasional.


Jejak yang Hampir Hilang


Meski pernah jaya, peradaban Bongal diyakini runtuh pada abad ke-10 atau awal abad ke-11. Beberapa peneliti menduga, bencana alam seperti tsunami menyebabkan kota pelabuhan ini tertimbun sedimen dan terlupakan. Baru pada awal 2000-an artefak-artefak kuno ditemukan masyarakat setempat, hingga akhirnya dilakukan ekskavasi yang lebih sistematis pada dekade berikutnya. Kini, Museum Fansuri berperan penting menjaga warisan ini. Meski sederhana, museum tersebut telah menampilkan bukti nyata interaksi global Bongal sejak lebih dari seribu tahun lalu dan mempublikasikan beberapa buku hasil penelitian terkait yang bisa dibeli sebagai cenderamata.


ree

Koin-koin kuno dari awal kekhalifahan Islam, Tiongkok, dan Kerajaan Satuha (Pantai Barat Sumut)


Sehari Sibolga kali ini bukan sekadar wisata biasa. Dari pesona laut Tapanuli, artefak kuno dan pengetahuan tentang pohon kapur fanshur yang legendaris, hingga sajian kuliner seafood di atas mangrove, pengalaman ini terjalin erat dengan refleksi mendalam tentang sejarah. Bongal tidak hanya menyimpan cerita perdagangan rempah, tetapi juga bukti langka kemajuan teknologi medis Islam abad ke-8 yang beresonansi hingga hari ini.


Penemuan di Bongal menegaskan bahwa Nusantara telah lama menjadi bagian dari percaturan global. Jejak maritim, artefak medis, dan warisan Islam di kawasan ini memperkaya pemahaman kita bahwa sejarah Indonesia bukan hanya tentang kerajaan-kerajaan besar, tetapi juga tentang pelabuhan-pelabuhan kosmopolitan yang membuka pintu bagi ilmu pengetahuan dan peradaban dunia.


Selengkapnya, ikuti perjalanan kali ini dalam Sehari Sibolga. Mo!



(ATR)

Comments


Logo FKK-01.png
Logo FML b-06.png
Logo Runduk Art Studio-02.png
Brand-02_edited.jpg

Official Merchandise

Logo FKK [Recovered]-06 b.png

SK Menteri Hukum dan HAM RI No:
AHU-0029695.AH.01.04. Tahun 2021

0821 1551 0233 / 0852 7724 6409

  • YouTube
  • Instagram
  • Facebook

©2025 by FKK Sibolga Tapteng

Supported by

Warung Etek Bungsu bw.png
logo almus re.png
logo alumni al-muslimin REV.png
bottom of page