top of page

MUATAN LOKAL: MENJAGA AKAR, MEMBENTUK GENERASI, MENGUATKAN SIBOLGA–TAPTENG

13 September 2025


Ketika kita bicara pendidikan, sering kali bayangan kita langsung tertuju pada mata pelajaran “besar” seperti Matematika, IPA, atau Bahasa Inggris. Padahal, ada satu komponen penting dalam kurikulum yang sering terlupakan yaitu muatan lokal. Inilah ruang di mana sekolah bisa menghadirkan warna khas daerahnya, mengenalkan jati diri, dan melestarikan kearifan yang sudah diwariskan turun-temurun. Hal ini turut menjawab keresahan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu butuhnya pelestarian sejarah dan budaya. (baca: Sibolga 325 tahun dan Seruan untuk Pelestarian Budaya)


ree

Bapak Syafriwal Marbun menyampaikan materi budaya Pasisi Sibolga-Tapteng di SMPN 03 Sibolga


Secara hukum, muatan lokal bukan pilihan, melainkan kewajiban. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan jelas menyebut bahwa kurikulum dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal. Pesan ini ditegaskan lagi dalam PP No. 57 Tahun 2021 jo. PP No. 4 Tahun 2022, yang memberi kewenangan penuh kepada pemerintah daerah untuk menetapkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Lebih detail, Permendikbud No. 79 Tahun 2014 menjelaskan bahwa muatan lokal bertujuan membekali peserta didik agar mengenal, mencintai, dan melestarikan alam, sosial, budaya, hingga nilai spiritual di daerahnya.


Artinya, muatan lokal bukan sekadar tambahan di jadwal sekolah, tapi bagian inti dari pendidikan itu sendiri. Lewat muatan lokal, anak-anak tidak hanya belajar rumus atau teori, melainkan juga memahami akar budaya, bahasa, tradisi, sumber daya alam, dan potensi ekonomi di lingkungannya.


ree

Manfaatnya sangat jelas, yaitu pertama, melestarikan kearifan lokal, sehingga budaya tidak hilang ditelan modernisasi. Kedua, menumbuhkan identitas agar anak-anak bangga pada daerahnya. Ketiga, membuka peluang ekonomi, karena banyak potensi lokal yang bisa dikembangkan menjadi produk unggulan, termasuk pariwisata. Keempat, membentuk karakter anak-anak yang lebih peduli pada alam dan masyarakat sekitar.


Jika kita tarik ke konteks Sibolga dan Tapanuli Tengah, urgensi muatan lokal menjadi semakin nyata. Daerah ini punya kekhasan geografis sebagai kawasan pesisir yang hidup dari laut, pelabuhan, dan juga berbasis agraris. Budaya etnis Pasisi (Pesisir) Sibolga–Tapteng juga kaya dengan bahasa daerah, adat, seni musik, syair dan pantun, serta kuliner khas seperti panggang paccak dan panggang geleng. Sayangnya, banyak dari kekayaan budaya ini mulai kurang menarik bagi generasi muda.


Merujuk aturan teknis yang berlaku, penempatan materi muatan lokal Sibolga-Tapteng tersebut dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu. Misalnya, mata pelajaran sejarah, selain menyampaikan materi yang telah ditetapkan secara nasional, juga menyampaikan sejarah lokal yang dapat dikaitkan seperti peristiwa kemerdekaan ataupun pembangunan Kota Sibolga pada masa kolonial. Dan juga dapat berdiri sendiri, misalnya seni budaya, bahasa, dan lain-lain.


Secara umum, inilah tantangan sekaligus peluang. Bayangkan jika anak-anak di sekolah belajar bahasa Pasisi, membuat kamus mini, atau menampilkan pantun pasisi di panggung seni sekolah. Atau jika mereka belajar langsung prakarya bisa diarahkan ke kuliner lokal, seni artistik, arsitektur, atau kerajinan khas. Selain itu juga mempelajari potensi sumber daya alam dan sosial ekonomi lokal, sehingga sejak dini mereka tahu bahwa tradisi bisa menjadi sumber kebanggaan dan juga penghidupan.


Tujuan besarnya jelas yaitu untuk memastikan generasi muda Sibolga-Tapteng tidak tercerabut dari akar budayanya. Mereka bukan hanya menjadi sumber daya manusia yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki identitas kuat sebagai anak Pesisir yang mencintai tanah kelahirannya. Dengan begitu, muatan lokal bukan hanya melestarikan budaya, tapi juga membangun masa depan. (baca: SDM unggul yang perlu dimanfaatkan untuk pembangunan)


Ilustrasi bentuk-bentuk pelaksanaan Muatan Lokal di dalam kelas dan luar kelas


Amanat pendidikan nasional, substansi, dan tujuan besar dari muatan lokal telah dipahami sebagai sesuatu yang strategis dan penting. Namun bagaimana mewujudkannya merupakan tantangan tersendiri. Untuk itu pemerintah daerah dapat melibatkan budayawan, sejarawan, akademisi, yayasan, komunitas penggiat, dan pihak-pihak lain yang dianggap terkait baik itu tingkat lokal, provinsi, hingga nasional. Tahapannya dimulai dari evaluasi muatan lokal yang ada saat ini, penyusunan materi, internalisasi kurikulum, hingga pelatihan guru-guru, termasuk pelibatan komunitas.


Mungkin semua proses ini terlihat berat, namun apabila komitmen, keberanian, dan langkah telah dimulai, agenda besar untuk mempersiapkan generasi muda dan masa depan ini niscaya akan tercapai. Tidak harus sempurna dan lengkap dimana seluruh substansi sejarah, budaya, sumber daya, dan sosial-ekonomi masuk dalam muatan lokal. Mulai dari penetapan yang paling mudah dan dikuasai untuk kebutuhan jangka pendek, selanjutnya dapat dievaluasi, dilengkapi, serta disempurnakan kembali.


(ATR)

Comments


Logo FKK-01.png
Logo FML b-06.png
Logo Runduk Art Studio-02.png
Brand-02_edited.jpg

Official Merchandise

Logo FKK [Recovered]-06 b.png

SK Menteri Hukum dan HAM RI No:
AHU-0029695.AH.01.04. Tahun 2021

0821 1551 0233 / 0852 7724 6409

  • YouTube
  • Instagram
  • Facebook

©2025 by FKK Sibolga Tapteng

Supported by

Warung Etek Bungsu bw.png
logo almus re.png
logo alumni al-muslimin REV.png
bottom of page